Maryanto | "An Ode to the Unseen"

Di area hutan, konon terdapat hewan-hewan liar yang terkadang bisa kita dengar suaranya, namun tidak bisa dilihat wujudnya. Terkadang, ada juga beberapa yang sekilas lewat. Hewan-hewan ini (misalnya capung atau kupu-kupu kuning), kerap menjadi barometer kebersihan air dan udara di sekitar kita. Dari percakapan bersama warga, konon katanya kupu-kupu kuning sudah tidak sebanyak dulu lagi.

Hewan-hewan liar lainnya seperti elang jawa, babi hutan, rusa, dan macan kumbang pun menjadi hampir seperti mitos: ada yang bersaksi pernah melihatnya namun banyak yang tidak pernah bertemu sama sekali. Jika terlihat, hewan-hewan ini umumnya menjadi penanda datangnya mara bahaya. Jika mereka turun ke pemukiman warga, umumnya hal tersebut menjadi penanda bahwa erupsi gunung Merapi sudah dekat.

Karya Maryanto mengajak kita untuk memperhatikan lumut-lumut sepanjang jalan. Menggunakan teknik melukisnya yang spesifik dengan menggores untuk mengurangi warna,  Maryanto membuat gambar yang tersebar di 10 titik lokasi untuk ditemukan sepanjang rute perjalanan. Di beberapa titik, Maryanto sempat melihat hewan-hewan yang kemudian digambarnya (kupu-kupu, kelabang, dan capung). Di titik lain, ia mendengar suaranya (burung elang, burung pelatuk, dan burung gagak). Sementara sisanya merupakan gambar hewan yang konon melalui penuturan warga, ada di hutan sekitar sini. Karya ini mengajak kita untuk memperhatikan sekeliling kita dengan lebih jeli dan memperhatikan segala permukaan berlumut: dinding hutan, bebatuan, pepohonan, pohon tua yang mati, dan lantai hutan yang kita pijak. Karya ini akan tetap berada di hutan hingga alam kembali mengambil alih.

Site #5: 10 titik lumut sepanjang jalan
Artist: Maryanto | “An Ode to the Unseen”, 2022

 _____

Anecdotal evidence stated that there are wild animals in this forest. As we walk along the path, we can sometimes hear the voice without seeing the animal. Sometimes, there are those that are fleeting.  These animals (such as dragonflies or yellow butterflies), are considered as a barometer of the cleanliness of the water and purity of the air around us. It concerns the residents that there are not as many yellow butterflies as it was before.

Other wild animals such as the Javan eagle, wild boar, deer, and Javanese panthers have become almost mythical: some testify to having seen them but many have never encountered them at all.  If seen, these animals are generally a sign of an approaching danger.  If they ever leave their den and approach the residential areas, it is generally a sign and a traditional warning system that the eruption of Mount Merapi is near.

Maryanto's work invites us to play a treasure hunt game and pays attention to the mosses along the way. Using a particular technique of scratching and reducing color that he use in his paintings, there are at least 10 points where Maryanto's drawings of animals are scattered to be found along the route.  At some point, Maryanto witnessed the animals which he then drew (butterflies, centipedes, and dragonflies).  At another point, he heard the voice (eagle, woodpecker, and crow). While the rest are pictures of animals living in the Merapi’s forest through the anecdotal evidence of the local residents. This playful work invites us to pay closer attention to our surroundings and to pay attention to all mossy surfaces: forest walls, rocks, trees, old dead trees, and the forest floor we walk on. The work will stay, until eventually nature will take over.

Site #5: 10 Titik Lumut
Artist: Maryanto | “An Ode to the Unseen”, 2022