Nindityo Adipurnomo | “Letsedubarbekyu” (Let’s do barbeque)

Karya video ini dimaksudkan sebagai dokumentasi visual dari performans yang dikerjakan Nindityo pada tahun 2008 di TPA Piyungan. Di sana ia menemui puluhan bahkan ratusan sapi dalam belantara bisingnya puluhan ribu lalat-lalat khas aroma TPA Piyungan. Sapi-sapi ini terlihat sebagai hewan potong yang di ternak untuk dipotong dan dikonsumsi dagingnya. Ratusan sapi-sapi itu mencari makan dan mengunyah ulang serta kembali mencari makan, nyaris sepanjang matahari terbit menghabiskan waktu menemani ratusan pemulung pemilah dan pekerja sampah; di atas area penumpukan sampah seluas 13 hektar yang konon berkapasitas 2,7 m3. Menurut penelitian Mulasari tahun 2016, volume sampah terbanyak dihasilkan oleh warga kota Yogyakarta, diikuti oleh Kabupaten Sleman lantas Kabupaten Bantul.

Performans yang dilakukan oleh Nindityo tersebut mencoba menguji kemampuan dirinya untuk mengonsumsi daging sapi panggang di tengah belantara sampah, sapi, dan lalat-lalat tersebut. Seluruh perpaduan pengalaman sensorik tersebut bersatu padu dan terekam dalam video dokumentasi dengan visual yang nyaris menyerupai lukisan.

Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan Kaliurang, namun Nindityo setuju untuk kembali menampilkan karya ini karena kecocokan dengan lokasinya. Lokasi yang dipilih merupakan sebuah tempat pengumpulan barang rongsok yang berdekatan dengan kandang sapi. Di lokasi ini, pengalaman sensorik atas aroma, sentuhan, dan perasaan berada di belantara sampah hadir kembali bersama dengan video tersebut.

Site #3: Pengepulan Rosok
Artist: Nindityo Adipurnomo
"Letsedubarbekyu” (Let’s do barbeque), 2008 (Video)

_____

This video work was initially intended as a visual documentation of the performance that Nindityo did in 2008 at the Piyungan landfill. There he met tens or even hundreds of cows in the continuously buzzing tens of thousands of flies alongside the characteristic smell of the landfill. These cows are raised for slaughter and consumption of meat. The hundreds of cows forage for food in the landfill, spending most of the time at sunrise accompanying hundreds of scavengers; on a 13 hectare garbage collection area which is said to have a capacity of 2.7 m3.  According to Mulasari's research in 2016, the largest volume of waste was generated by residents of the city of Yogyakarta, followed by Sleman Regency and then Bantul Regency.

The performance performed by Nindityo tried to test his physical and mental ability to eat roast beef in the middle of the wasteland, cows, and flies.  The whole combination of sensory experiences is unified and recorded in video documentation with visuals that almost resemble a classical painting.

Although not directly related to Kaliurang, Nindityo agreed to represent this work for the connection with the chosen site. The location chosen is a junk collection point adjacent to the cowshed with a strong smell. In this particular location, the sensory experience of smell, touch, and the feeling of being in the middle of a wasteland is represented alongside the video.

Site #3: Pengepulan Rosok
Artist: Nindityo Adipurnomo
“Letsedubarbekyu” (Let’s do barbeque), 2008 (Video)